Jurnal Akhir Zaman

Jurnal Akhir Zaman
End Time News

Blog Archive

Ads 728 x 90

Tradisi Katolik atau Alkitab Kebenaran - Mary Ann Pakiz (ex Catholic)

Share it:

Dalam pelajaran yang saya terima, titik beratnya berada pada supremasi Paus dan kesempurnaan. Saya diberitahu bahwa Kristus menjadikan Petrus sebagai Paus pertama memimpin Gereja di bumi dengan otoritas yang sempurna. Paus sebagai wakil Kristus di dunia membimbing semua orang apakah dia Katolik atau tidak dalam semua kebenaran (Dewan Vatikan, 1870).

Sekarang selagi saya merefleksikan ajaran Gereja ini, saya tidak menemukan adanya bukti dalam Kitab Suci bahwa Kristus dengan sebenarnya memberikan otoritas seperti itu kepada Petrus atau bahkan bahwa rasul-rasul memberi otoritas posisi khusus kepada Petrus.

Kesaksian pribadi mantan Biarawati Roma Katolik dari Ordo St. Benedict - Mary Ann Pakiz (sebelumnya bernama: Sister Mary Laurian). Mary Ann Pakiz (ex Catholic) - Tradisi Katolik atau Injil Kebenaran. Shalom, begini kisahnya:

Ketika Mary Ann Pakiz beralih ke Katolik, dia diberitahu untuk membakar Alkitab versi King James miliknya. Kemudian dia memasuki Ordo St. Benedict. Kendati dia taat, beberapa tahun kemudian dia menjadi pengikut Kristus yang benar. Berikut ini penuturannya sendiri yang mengagumkan tentang bagaimana pengajaran yang diterimanya di Gereja Katolik, apa yang salah dan kenapa dia sampai kepada keyakinan pribadi bahwa satu-satunya jalan menjadi pengikut Kristus yang benar adalah dengan meninggalkan gereja Katolik. Dia menjelaskan kenapa dia sekarang yakin dan didalam kedamaian tentang tujuan akhirnya, yaitu Sorga.

Sabda Allah tidak memerlukan otoritas selain dari pada Sabda itu sendiri

Sabda Allah tidak memerlukan otoritas selain dari pada Sabda itu sendiri. Ketika saya dalami prinsip ini, saya merasa bebas—bebas mencari Kitab Suci untuk kebenaran! Didalamnya saya menemukan jalan kepada Allah. Manusia langsung kepada Allah, cara Allah, melalui Yesus Kristus, seperti dinyatakan dalam Alkitab. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes14:6)

Isu tentang Otoritas

Selama beberapa tahun, saya telah diarahkan untuk mempercayai bahwa Gereja Katolik merupakan otoritas akhir dari iman saya, dan saya tidak punya hak untuk bertanya tentang pengajaran ini. Sistem Roma Katolik mengajarkan bahwa semua otoritas datang dari Allah namun Allah telah menunjuk sistem Katolik sebagai garda dari otoritasNya.

Karenanya, segala sesuatu harus di timbang menurut tradisi dan pengajaran Katolik, karena hanya melalui sistem inilah kebenaran dimasukkan. Katolik tidak percaya pada Kitab Suci tanpa otoritas Gereja yang meng-akreditasi Kitab Suci itu! Gereja Roma Katolik menyatakan bahwa otoritas Allah tidak cukup untuk membuat orang percaya dan tunduk kepadanya; itu berarti otoritas gereja diperlukan diatas otoritas Allah.

Iman yang benar adalah iman kepada apa yang Allah katakan karena Allah berkata demikian! Iman kepada Allah adalah kepercayaan pada Sabda Allah, yaitu Alkitab, tanpa otoritas apapun selain daripada otoritas Sabda Allah itu sendiri.

Baptisan Katolik

Roma Katolik percaya bahwa keselamatan didasarkan kepada air dan perbuatan. Regenerasi baptisan menjadi landasan sistem Katolik. Gereja mengajarkan bahwa tidak seorangpun yang masuk kerajaan surga kecuali dia telah dibaptis.

Saya masuk ke lingkungan otoritas Katolik pada tahun 1948 ketika saya dibabtis kembali dan beralih ke faham Katolik. Saya lahir tahun 1930 dari orangtua imigran Finlandia penganut Lutheran. Tetangga-tetangga kami yang datang sebagai imigran Yugoslavia dan Italia berpengaruh besar terhadap tahun-tahun kehidupan saya. Sebagai teladan Katolik yang bersaksi kepada kami tentang iman mereka dan melalui kehidupan mereka yang selalu diusahakan baik untuk dapat kami terima dan alami, mereka mempunyai komitmen membawa orang-orang disekitar mereka pada pimpinan Katolik Roma. Mereka menjangkau kami dengan apa yang mereka anggap sebagai kebenaran. Mereka tulus hati, namun tulus hati yang salah.

Penting untuk diingat bahwa individu Katolik bukan seteru kita, melainkan jiwa-jiwa yang dikasihi Allah dan Dia memerintahkan kita untuk menjangkau mereka dengan Injil anugerahNya.

Keselamatan adalah anugerah, bukan oleh baptisan atau perbuatan. Anugerah diberikan bukan karena jasa. Usaha atau perbuatan kita tidak dapat menghasilkan anugerah atau bahwa kita layak menerimanya. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9)

Obyek Iman

Sumber dari iman Katolik adalah Gereja. Objeknya adalah kesetiaan kepada Gereja. Karenanya, iman Katolik berada sampai disitu. Namun, orang Kristen mengetahui bahwa keselamatan didasarkan semata-mata pada karya Kristus, suatu pekerjaan yang telah selesai tanpa perlu ditambah apa-apa lagi kedalamnya. Sumber dari iman Kristen adalah Alkitab dan Kristus Yesus. Karenanya iman yang benar berada dalam satu Pribadi. Untuk dapat bekerja, iman itu harus disangkutkan kepada pribadi Kristus Yesus.

Menerima secara buta

Daripada mencari-cari dalam Kitab Suci tentang kebenaran apakah ajaran Katolik sejalan dengan Sabda Allah, saya menerima begitu saja segala sesuatu yang dikatakan oleh pendeta kepada saya dalam pelajaran menjadi seorang Katolik, kecuali untuk satu permintaan. Ketika saya diminta membawa Alkitab versi King James milik saya untuk dibakar karena tidak sesuai dengan versi Katolik, saya tidak melakukannya tapi memberikan kepada ibu saya.

Dalam pelajaran yang saya terima, titik beratnya berada pada supremasi Paus dan kesempurnaan. Saya diberitahu bahwa Kristus menjadikan Petrus sebagai Paus pertama memimpin Gereja di bumi dengan otoritas yang sempurna. Paus sebagai wakil Kristus di dunia membimbing semua orang apakah dia Katolik atau tidak dalam semua kebenaran (Dewan Vatikan, 1870).

Sekarang selagi saya merefleksikan ajaran Gereja ini, saya tidak menemukan adanya bukti dalam Kitab Suci bahwa Kristus dengan sebenarnya memberikan otoritas seperti itu kepada Petrus atau bahkan bahwa rasul-rasul memberi otoritas posisi khusus kepada Petrus. Jika dia telah mengetahuinya, bagaimana dia tidak bertindak sebagai Paus?

Menjadi mempelai Kristus

Pada tahun 1950, saya maju selangkah lagi masuk kedalam otoritas Katolik dengan memasuki Ordo St. Benedict sebagai seorang suster. Saya bekerja sebagai pembantu perawat pada rumah sakit lokal yang dijalankan oleh suster-suster Benedict dimana saya begitu terpesona oleh pelayanan yang mereka berikan kepada pasien dan staff sehingga saya putuskan bahwa saya juga ingin membaktikan hidup saya melayani orang lain.

Tahun pertama saya di biara sebagai seorang calon suster menjadi satu kenangan yang paling membahagiakan dalam kehidupan saya. Ibu yang membimbing kami adalah seorang wanita yang baik, jujur dan pengertian. Ada 18 wanita dengan berbagai usia serta latar belakang dalam grup kami. Mereka sangat berhasrat dan gembira untuk melayani Gereja Katolik dan menjalani aturan St. Benedict. Kami banyak berbagi saat-saat bahagia bersama-sama.

Bagi saya, ada saat-saat yang serius juga, yaitu tatkala saya berdoa di kapel dan menatap salib sembari memikirkan kenapa Yesus harus mati di atas kayu salib di bukit Kalvari. Sebelum kami menjadi pelajar, kami berbaris di gang-gang gereja dalam pakaian mempelai untuk menjadi “mempelai Kristus.” Tidak banyak yang diceritakan tentang Yesus ketika kami mempersiapkan event ini. Sebaliknya, kami berada pada suasana hati yang memuncak pada saat perubahan nama-nama kami. Nama saya berganti dari Nona Mary Ann menjadi Sr. M. Laurian, O.S.B. Saya adalah mempelai Kristus dan saya hanya sedikit mengetahui tentang Dia diluar dari pengetahuan bahwa Dia adalah Anak Allah.

Persediaan Perbuatan Baik


Selama 5 tahun periode persiapan untuk janji akhir, kami mempelajari Aturan St. Benedict, hukum kanon, sejarah gereja dan sedikit tentang “Jesuit causistry” (yang akhir menyatakan artinya) dan kehidupan orang-orang suci. Penekanan adalah pada penyangkalan diri dan penyerahan kehendak seseorang kepada figur yang punya otoritas yang mengendalikan kami.

St. Therese, “Bunga Kecil”, dibuat dihadapan kami sebagai model dengan maksud agar kami berusaha meniru jalannya kepada Allah. Cara seperti ini didasarkan kepada “penyerahan korban ke atas” kekesalan atau kejengkelan setiap hari untuk menjangkau dosa kami maupun dosa orang lain. Kami sibuk dengan usaha membangun persediaan karya yang baik dengan mana kami dapat membuat diri kami diterima oleh Allah. Kami menyerahkan korban yang kami buat sendiri karena kami tidak mengtahui bahwa kami boleh secara langsung kepada Allah oleh karena pengorbanan diri Kristus Yesus pada kayu salib untuk kami.

Ketika Yesus berkata kepada Allah, "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya, maksud-Nya adalah pekerjaan yang dilakukan-Nya mewakili orang-orang berdosa telah selesai dan tidak ada yang perlu ditambahkan lagi (Yoh 17:4)

Kembali ke Dunia

Dalam tiga tahun pelajaran kami, beberapa grup meninggalkan asrama untuk tugas mengajar di keuskupan. Kami kembali pada musim panas dan rasanya senang bisa berkumpul lagi dengan teman yang lain. Saya memerlukan istirahat setelah tahun pertama mengajar 45 murid di kelas lima dan enam. Saya tidak mendapat latihan mengajar di kelas permulaan tapi saya diberitahu akan mendapat berkat bila setia.

Pada tahun 1955, lima bulan sebelum janji pengukuhan, saya meninggalkan biara karena masalah kesehatan dan kembali ke rumah orangtua saya. Kembali ke dunia, saya bisa lagi meneruskan kehidupan normal saya dengan menyelesaikan pendidikan di Universitas Minnesota. Saya mendapat gelar BSc di bidang Pendidikan Dasar dan pada tahun 1957 menikah dengan seorang pria dari keluarga Katolik yang setia. Kami dikaruniai dua anak.

Saudara suami saya adalah seorang pendeta di keuskupan; seorang sederhana dan baik yang menulis puisi tentang alam, Allah dan gerejanya.

Arti Keselamatan Mengembalikan Saya ke Rumah

Pada tahun 1972, anak saya yang berumur 12 dan 5 tahun diundang ke suatu klub Alkitab di belakang rumah tetangga kami. Kami meminta paman yang pendeta itu untuk hadir; dia kelihatan tidak begitu menanggapi tapi memberi ijin bagi kami. Saya yakin Allah bekerja dalam hal ini! Sejak saat itu, hidup kami berubah secara dramatis.

Anak-anak kembali ke rumah setiap hari dengan ayat-ayat Alkitab untuk dihapalkan. Tatkala mereka membacakannya, Allah menyentuh hati saya dan juga mereka. Saya mendapatkan kebenaran terpenting tentang diri saya—saya seorang berdosa dan karenanya terpisah dari Allah! Karena Allah tidak mengijinkan dosa atau orang berdosa di sorga, saya menjadi terhilang! Bagaimana saya menyelesaikan masalah dosa ini?

Saya ingin mendapat keyakinan bagaimana saya bisa ke Sorga ketika saya meninggal. Saya putuskan mempelajari sendiri Alkitab. Dalam Yoh 17:17, Yesus berkata kepada Allah: kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran", adalah ayat pertama yang digunakan Roh Kudus mempersiapkan pelajaran saya tentang keselamatan. Pencarian saya untuk jawaban mulai pada Kis 16:31: "Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu," dan Kis 4:12, "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Pindah ke kitab Roma, saya pelajari bahwa Kristus telah memenuhi keadilan Allah yang Kudus untuk penghakiman atas dosa melalui kematian-Nya di kayu salib. "Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat." (Roma 3:28)

Hal ini merupakan realita yang luar biasa bahwa tidak satupun dosa saya masa lalu yang pernah diperhitungkan, walaupun saya telah mengakuinya dihadapan pendeta dan telah melakukan tatacara penebusan dosa! Melakukan pengakuan dosa memberi saya rasa aman dan damai yang palsu bahwa dosa saya diampuni melalui kata-kata pendeta ditambah tatacara yang saya lakukan untuk pengampunan dosa tersebut.

Sebenarnya, pendeta tidak mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa walaupun dia mengatakannya dalam nama Yesus. Dosa kita diampuni hanya oleh curahan darah Yesus pada diri kita.

"Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya." (Roma 3:23-25).

Allah tidak pernah memberi kuasa kepada orang manapun untuk membuat keputusan apakah dosa orang lain akan diampuni atau tidak, karena hanya Dialah yang mengetahui dengan benar hati orang tersebut. Pencarian yang saya lakukan membuat saya dapat menjawab pertanyaan saya sendiri ketika berada di biara yakni kenapa Yesus harus mati di kayu salib? Yesus membayar harga dosa kita oleh kematian-Nya di kayu salib! Yesus membayar penuh hukuman kematian kita ke neraka.

Ya, kita sepatutnya masuk neraka oleh karena dosa-dosa kita. Ingat, dalam kondisi apapun, Allah tidak akan membiarkan dosa maupun orang berdosa berada di sorga. Yesus membayar hukuman atas dosa kita sehingga kita dapat tinggal dengan Allah di sorga yang kekal.

Tiba waktunya bagi saya untuk membuat keputusan. Bertindak berdasarkan Alkitab sebagai satu-satunya otoritas absolut dan final dari iman saya, saya menerima Kristus sebagai Penyelamat saya pada bulan Mei 1973. Saya ingin berteriak dari atap rumah saya sehingga semua orang di dunia dapat mendengar apa yang Yesus perbuat untuk mereka oleh penebusan dosa yang dilakukan-Nya dan oleh curahan darah-Nya. "Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yoh 8:32)

Iman Kristen yang benar dan Sistem Katolik

Tatkala saya bersaksi kepada sahabat-sahabat Katolik dan keluarga, saya bisa melihat lebih jelas lagi bahwa tujuan akhir banyak jiwa dipertaruhkan disini. Saya sedih oleh jawaban mereka terhadap Alkitab, mereka terus percaya bahwa Gereja Katolik-lah gereja yang benar dan mereka mempercayainya sebagai jalan keselamatan walaupun Alkitab menyatakan lain. Dengan kata lain, mereka telah terbawa kepada pemikiran yang memperbolehkan manusia lain atau aturan yang dibuat oleh manusia mengarahkan hidup mereka.

Pada tahun 1545, Dewan Trent mendeklarasikan bahwa tradisi gereja memiliki otoritas yang sama dengan Alkitab. Membuat segala sesuatu sama atau diatas Sabda Allah adalah pemujaan berhala! Faktanya, “ragi” sistem Katolik mendiskreditkan Alkitab sebagai otoritas iman satu-satunya, absolut dan final.

Kita harus berpikir tentang Allah dengan benar karena Dia dinyatakan kepada kita melalui Sabda-Nya. Allah Bapa dan Allah Anak adalah satu. Dalam Yoh 10:30, Yesus berkata, “Aku dan Bapa adalah satu.”

Oleh karena Yesus Kristus adalah Allah, dosa-dosa kita telah dihapuskan dalam darah Allah; hanya oleh darah Allah yang sempurnalah dosa-dosa kita dapat terhapuskan untuk memenuhi keinginan Allah yang suci dan benar. Dasar dari keselamatan saya atau dasar dari pembenaran saya adalah kebenaran sempurna Yesus Kristus, dan ketika saya, dengan iman, menerima penebusan dosa yang dilakukan Yesus atas diri saya sebagai bayaran penuh atas hukuman kematian saya, Allah mempertemukan kebenaran Yesus Kristus dalam diri saya. Yaitu, Dia memperhitungkan kebenaran saya.

Tidak ada jalan dimana saya benar oleh diri sendiri, dan karenanya, tidak ada jalan dimana saya selamat oleh diri sendiri; semuanya karena Yesus! Yesus Kristuslah kebenaran saya. Hanya dalam Kristus saya beroleh pembenaran. Saya tidak layak menghampiri Allah oleh keberadaan diri saya sendiri. Namun, ketika saya menghampiri Allah oleh yang menggantikan saya, yaitu dalam Kristus, maka saya diperhitungkan layak datang kepada Allah karena Dia memandang saya dalam kebenaran ke-sempurna-an Anak-Nya!

gambar diambil dari : http://www.bereanbeacon.org/personal-testimonies/2015/7/13/mary-ann-pakiz-gods-word-needs-no-authority-other-than-itself
Sumber :
http://www.bereanbeacon.org/#/personal-testimony/
http://www.thebereans.net/forum2/showthread.php?t=34698
Diterjemahkan oleh: Darwin Marpaung
Penulis: Mary Ann Pakiz. Digunakan dan diadaptasi dengan ijin dari buku Mary Ann Pakiz Kebenaran Membuat Kita Bebas: Dua puluh Mantan Biarawati Menceritakan Diri Mereka/The Truth Set Us Free: Twenty Former Nuns Tell Their Stories (1997). Editor: Paul S. Taylor,
http://www.christiananswers.net/indonesian/q-eden/edn-r010i.html

Pembenaran orang percaya adalah seketika

System Katolik menolak bahwa kita dibenarkan semata-mata oleh iman pada Kristus untuk memperoleh keselamatan yang diberikan cuma-cuma oleh anugerah. Sebaliknya, mereka mengajarkan bahwa kita dibenarkan tidak semata-mata oleh iman pada Kristus, melainkan oleh iman yang menjadi aktif oleh perbuatan baik kita.

Iman seperti ini, seperti diajarkan pada sistem Katolik dinyatakan dapat membenarkan orang berdosa bukan karena hal itu didasarkan kepada kebenaran Kristus, melainkan karena hal itu adalah kebenaran yang melekat pada manusia, suatu kebenaran yang merupakan produk dari baptisan yang membuat seseorang setia pada pengajaran sistem Katolik yaitu pengampunan kekal melalui sakramen. Manusia dibenarkan bukan karena iman tapi oleh sakramen.

Dengan demikian, pembenaran individu Katolik bersifat progresif, yaitu oleh baptisan di regenerasi dan dimurnikan dari waktu ke waktu oleh pengakuan dan penebusan dosa, bertumbuh dalam anugerah dan kekudusan melalui sakramen lainnya sehingga suatu hari yang bersangkutan boleh menjadi sedemikian kudus untuk disucikan memasuki Surga!

Lalu, penganut Katolik percaya bahwa mereka berkenan pada Allah oleh karena kebenaran yang melekat pada diri mereka yang telah pula menerima sakramen baptisan serta diperkaya oleh sakramen-sakramen lainnya. Karena Katolik menerima anugerah penyucian yang terkait pada tiap sakramen, para pengikutnya diajarkan bahwa mereka menjadi benar atau kudus berdasarkan kepada perkataan hakiki mereka sendiri tanpa oleh kebenaran yang terkait.

Ladang Misi saya

Perbedaan antara iman Kristen yang benar dengan sistem Roma Katolik menjadi semakin jelas bagi saya sehingga pada tahun 1976 saya meninggalkan Gereja Katolik dan masuk menjadi Kristen yang percaya pada Alkitab.

Ketika saya diselamatkan pada tahun 1973, saya berkata pada Tuhan bahwa saya mau ikut misi kemana saja. Dia mengambil kata-kata saya dan pada tahun 1994 Dia mengirim saya ke ladang misi yaitu dialisis. Dia pertama-tama mengijinkan ginjal saya tidak berfungsi dan untuk bisa bertahan hidup saya memerlukan terapi dialisis tiga kali seminggu. Saya berterima kasih dan memuji Allah untuk keadaan ini karena Dia memberikan saya kesempatan membagi Injil Anugerah-Nya yang mulia kepada para pasien penderita penyakit berat yang perlu mempersiapkan diri mereka bertemu dengan Allah!
  • Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. - (Yohanes 14:6).
  • kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" - (Markus 1:15).
Salam Kasih dan persahabatan. Salam kompak dan tetap semangat menjalani kehidupan ini. Tetap saling mengasihi sesama manusia apapun keyakinannya. Tuhan Yesus memberkati. Amen.
Share it:

Tobat

Post A Comment:

0 comments: