Ghalib Paul (ex Muslim) - Mantan Pengkotbah Quran Pakistan jadi Penginjil. Pengkotbah Quran Pakistan masuk Kristen ikut Tuhan Yesus. Shallom, begini kisahnya :
Ghalib Paul :
Asalnya saya berasal dari sebuah keluarga Muslim yang merupakan sebuah keluarga yang sangat religius. Sebelumnya saya menjalankan bisnis yang sukses di pasar Lahore yang terkenal, "Ichhra". Saya dahulu menjalankan bisnis yang bagus didalam dunia karpet, kain tirai / korden, dan kain cover tempat tidur [bed sheets]. Menjadi seorang Muslim dahulunya saya adalah Imam Quran. Didalam banyak kesempatan saya mengajarkan Quran didalam keluargaku. Pada saat yang sama saya dibingungkan mengenai beberapa hal. Ada banyak pertanyaan didalam benakku ketika saya meng-kotbah-kan Quran kepada orang lain. Saya mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu. Dengan rahmat Tuhan, saya menemukan jawaban-jawaban didalam Alkitab.
Setelah saya menemukan jawaban-jawaban, saya mulai mempelajari Alkitab. Pada awalnya bukanlah hal yang mudah bagiku untuk mempelajari Alkitab. Saya terbiasa membukanya untuk beberapa menit, mencari-cari sesuatu. Setelah itu saya kembali ke pekerjaan saya lagi. Beginilah saya belajar Alkitab, melalui proses yang lambat.
Diluar rumah saya adalah seorang Kristen akan tetapi didalam rumah saya adalah seorang Muslim. Dalam banyak kesempatan ayahku terbiasa memaksaku untuk pergi ke Masjid, terutama hari Jum'at. Akan tetapi hatiku sepenuhnya beralih ke Kristen. Saya mempunyai kesulitan yang besar mengatakan kepada keluargaku mengenai kebenaran itu. Bagaimana saya bisa menceritakan kepada mereka dikarenakan di negara Pakistan ada undang-undang yang mengatakan seorang Muslim tidak dapat mengubah keyakinan ke Kristen atau keyakinan lainnya. Dan jika seseorang tetap saja melakukan hal itu, keluarga dan masyarakat akan melawan orang tersebut dan siapa saja yang membunuh para murtadin dianggap sebagai pahlawan oleh masyarakat.
Saya merasa takut dan tidak bisa mengungkapkan rahasia itu, akan tetapi aku mencari cara yang benar untuk meninggalkan rumahku menurut kehendak Tuhan. Kemudian aku meninggalkan rumah dan pekerjaanku yang mana telah diatur oleh Tuhan. Dan saya mulai berjalan bersama Tuhan dengan hanya membawa dua pakaian di badanku. Tuhan memilihku untuk menjadi saksinya dihadapan bangsa-bangsa. Tuhan menggunakan diriku ke banyak tempat yang berbeda untuk tujuan ini.
Saya mengabarkan kesaksianku dalam banyak waktu dan tempat serta saya pergi kemana saja Tuhan inginkan. Sebagai seorang penginjil saya terbiasa mengabarkan Injil dan memberikan baptisan air juga. Saya juga menyiapkan orang-orang lain untuk melayani Tuhan. Tuhan banyak menggunakan aku di Pakistan, terutama di Lahore dan didaerah pedesaan. Ketika kotbah biasanya saya menempatkan Quran dan Alkitab secara bersebelahan dan mengajar dengan sebaik-baiknya.
Pertama dan terutama saya menghadapi masalah dan ancaman dari keluarga ketika mereka mengetahui saya telah meninggalkan rumah dan saya tinggal didalam lingkungan orang-orang Kristen. Mereka mulai mencari saya setelah itu. Teman-temanku mulai mencari aku juga. Karena berhadapan dengan semua itu, maka saya harus melarikan diri dan bersembunyi di tempat-tempat lain. Saya mencari tempat perlindungan di daerah-daerah yang jauh dan kota-kota kecil dimana tidak ada hubungan dengan keluarga saya. Hal inilah cara bagaimana melindungi diri kami selama jangka waktu yang pendek. Ketika menjadi dikenal orang bahwa aku adalah pengkotbah dan telah menjadi Kristen, dan dikarenakan kesalahan orang-orangku sendiri banyak orang-orang Muslim dan cendekiawan Islam juga mengetahuinya. Ketika mereka mengetahui bahwa saya berkotbah di gereja dan pindah dari Islam, maka mereka menjadi sangat marah dan datang ke gereja itu dan melampiaskan kemarahan mereka. Mereka memulai membuat kerusuhan disana. Dikarenakan pada saat itu aku tidak ada, maka mereka memulai membakar dan anak pastor Rafique tertembak selama kerusuhan itu.
Setelah kerusuhan itu terjadi maka kami meninggalkan Lahore. Kami pindah ke Sheikhupura untuk alasan keamanan. Ketika kami menghadapi masalah di Sheikhupura, maka kami pindah ke Sargodha. Setelah kami mengahadapi masalah yang sama di Sargodha maka kami pindah ke Islamabad sementara waktu. Dan di Islamabad kami secara terbuka melayani Tuhan.
Tugaku dalam melayani Tuhan adalah sebagai penginjil. Itulah mengapa saya tidak dapat berdiam diri dan dimanapun berada aku akan menyebarkan Injil. Dan dimanapun aku menyebarkan Injil, informasi mengenai diriku akan tersebar. Orang-orang Muslim mempunyai begitu banyak kebencian yang mengisi hati mereka dan dikarenakan roh jahat dimanapun mereka mengetahui seorang Muslim yang sudah menjadi Kristen maka mereka mulai melakukan protes meskipun tidak mempunyai hubungan atau relasi dengan orang yang pindah ke Kristen tersebut. Roh teroris didalam diri mereka membuat mereka terluka dan mempertanyakan mengapa seseorang berpindah dari Islam ? Hal inilah bagaimana saya sering mendapatkan masalah ketika seseorang mengetahui mengenai kepindahanku dari Islam ke Kristen.
Jika orang-orang Muslim mengancam kami, kami tidak dapat melaporkan ke polisi mengenai hal ini. Jika kita melaporkan hal ini kepada polisi, maka mereka akan mengirimku kepada orang tuaku dan orang tuaku akan siap untuk mengikat dan bahkan membunuhku jika mereka menemukanku. Hal ini merupakan hal yang susah bagiku untuk bertahan hidup disana. Pertama-tama sekali aku takut kepada keluargaku dan teman-temanku sendiri dan juga takut kepada para teroris yang tidak aku kenal yang tujuan mereka hanya membuat malu dan menindas orang-orang Kristen. Banyak kali ketika kami merasa terancam, maka kami mencari bantuan seperti tempat perlindungan akan tetapi tidak ada seorangpun yang mau memberikan kepada kami tumpangan. Tidak ada seorangpun dari saudara/i kami dari komunitas Kristiani mau berhadapan dengan teroris-teroris islam dan tidak ada satu gerejapun yang mampu berdiri menghadang gelombang badai Muslim ini.
Kami selalu ditolak untuk mendapatkan bantuan dari gereja. Alasan untuk ini adalah apabila mereka menerima kami, maka seluruh elemen-elemen gereja akan menghadapi masalah.
Narator :
"Didalam tahun-tahun terakhir, keluarnya orang-orang Kristen dari Pakistan telah bertambah dengan dramatis. Orang-orang Kristen yang merupakan kaum minoritas di Pakistan tidak dapat mengekspresikan kebebasan untuk bicara. Siapapun dan kapanpun seseorang melakukan protes dan berbicara mengenai hak-hak mereka, maka mereka akan dipukuli, diancam dan dilaporkan sebagai penghinaan. Organisasi Open Doors mendeklarasikan Pakistan sebagai negara nomer 8 paling berbahaya bagi orang-orang Kristen. Banyak negara mengesampingkan kenyataan ini dan menganggap Pakistan sebagai negara yang aman bagi orang-orang Kristen, agar bisa menolak untuk memberikan kepada mereka status pengungsi. Ketika negara-negara lain tidak mendengarkan hal ini, maka mereka terpaksa mengungsi ke negara terdekat seperti Malaysia. Dengan harapan mereka bisa didengar. Akan tetapi impian mereka berantakan, karena mereka diperlakukan sebagai imigran gelap dan kriminal."
Sumber :
Incredible and heartbreaking Christian testimony
https://www.youtube.com/watch?v=jon7wY7UdBE
Light of Christ - Published on Dec 18, 2015
A true man of God. Former Muslim, now a Pastor, Ghalib Paul has sacrificed everything for his love for Christ
Ghalib Paul :
Pakistan adalah negara Muslim. Malaysia adalah negara Muslim juga. Kami terbiasa berpikir bahwa kami mendapatkan banyak masalah di Pakistan dikarenakan banyak orang tahu dan di Malaysia tidak ada yang tahu kami dan kami bisa hidup dengan damai dan menikmati kebebasan beragama. Akan tetapi aku akan menceritakan pengalamanku bagaimana orang-orang lebih jahat lagi memperlakukan orang-orang Muslim yang berpindah Kristen di Malaysia dibandingkan di Pakistan. Semangat [roh] yang sama yang menghalangi kemuliaan Tuhan yang bekerja baik di Pakistan maupun Malaysia. Kami merasa sangat terluka melihat Malaysia tidak berbeda dengan Pakistan. Intoleransi di Malaysia bahkan lebih kuat dari Pakistan. Di Pakistan setidaknya kami paham tempat-tempat untuk melarikan diri, bahasa, dan kita dapat berbicara dengan seseorang dan mendapatkan bantuan. Akan tetapi di Malaysia situasi begitu susah bagi kami karena tidak mendapatkan pekerjaan. Kami tidak diijinkan bekerja karena tidak mempunyai Visa dan tanpa pekerjaan harian maka akan merupakan suatu perjuangan yang susah.
Kami telah berada di Malaysia selama 2 tahun. Selama 2 tahun kami hidup susah selama 3-4 bulan didalam suatu kamar. Dimana kami dapat hidup di aula atau sudut rumah. Kami membersihkan gereja dan mendapatkan bantuan untuk memberi makan kami. Beginilah kami hidup selama ini. Situasi disini lebih parah dari Pakistan. Di Pakistan, kami mengabarkan Injil dengan bahasa kami, pendengar juga mengenal bahasa kami dan kami bisa tetap sibuk dengan aktivitas kami. Akan tetapi di Malaysia, kami takut ketika kami melangkahkan kaki diluar rumah, maka kami mungkin akan tertangkap oleh polisi atau pihak imigrasi. Dan kami mungkin tidak kembali ke rumah. Seandainya kami tertangkap maka kami akan diminta uang sogok sebesar 1000 - 2000 ringgit malaysia. Hal inilah kenapa kami tidak bisa keluar atau mendapatkan pekerjaan. Sebuah organisasi internasional yang disebut FGCC menyediakan bantuan kepada kami sebuah tempat perlindungan. Dimana dibawah payung mereka, kami sedikit keluarga-keluarga Pakistan dapat berkumpul bersama-sama dan memuji Tuhan. Mereka mengurus segala pengeluaran dan sewa untuk tempat ini. Mereka juga mengijinkan kami untuk tidur dan tinggal di tempat ini. Lepas dari ini semua adalah sangat susah bagi kami untuk bertahan hidup.
----- Demikian kesaksian Pendeta Ghalib Paul
Salam Kasih dan Persahabatan. Tetap semangat menjalani hidup ini. Tetap mengasihi sesama manusia apapun keyakinannya. Tuhan Yesus memberkati. Amen.
Sumber :
Incredible and heartbreaking Christian testimony
https://www.youtube.com/watch?v=jon7wY7UdBE
Light of Christ - Published on Dec 18, 2015
A true man of God. Former Muslim, now a Pastor, Ghalib Paul has sacrificed everything for his love for Christ
Ghalib Paul :
Pakistan adalah negara Muslim. Malaysia adalah negara Muslim juga. Kami terbiasa berpikir bahwa kami mendapatkan banyak masalah di Pakistan dikarenakan banyak orang tahu dan di Malaysia tidak ada yang tahu kami dan kami bisa hidup dengan damai dan menikmati kebebasan beragama. Akan tetapi aku akan menceritakan pengalamanku bagaimana orang-orang lebih jahat lagi memperlakukan orang-orang Muslim yang berpindah Kristen di Malaysia dibandingkan di Pakistan. Semangat [roh] yang sama yang menghalangi kemuliaan Tuhan yang bekerja baik di Pakistan maupun Malaysia. Kami merasa sangat terluka melihat Malaysia tidak berbeda dengan Pakistan. Intoleransi di Malaysia bahkan lebih kuat dari Pakistan. Di Pakistan setidaknya kami paham tempat-tempat untuk melarikan diri, bahasa, dan kita dapat berbicara dengan seseorang dan mendapatkan bantuan. Akan tetapi di Malaysia situasi begitu susah bagi kami karena tidak mendapatkan pekerjaan. Kami tidak diijinkan bekerja karena tidak mempunyai Visa dan tanpa pekerjaan harian maka akan merupakan suatu perjuangan yang susah.
Kami telah berada di Malaysia selama 2 tahun. Selama 2 tahun kami hidup susah selama 3-4 bulan didalam suatu kamar. Dimana kami dapat hidup di aula atau sudut rumah. Kami membersihkan gereja dan mendapatkan bantuan untuk memberi makan kami. Beginilah kami hidup selama ini. Situasi disini lebih parah dari Pakistan. Di Pakistan, kami mengabarkan Injil dengan bahasa kami, pendengar juga mengenal bahasa kami dan kami bisa tetap sibuk dengan aktivitas kami. Akan tetapi di Malaysia, kami takut ketika kami melangkahkan kaki diluar rumah, maka kami mungkin akan tertangkap oleh polisi atau pihak imigrasi. Dan kami mungkin tidak kembali ke rumah. Seandainya kami tertangkap maka kami akan diminta uang sogok sebesar 1000 - 2000 ringgit malaysia. Hal inilah kenapa kami tidak bisa keluar atau mendapatkan pekerjaan. Sebuah organisasi internasional yang disebut FGCC menyediakan bantuan kepada kami sebuah tempat perlindungan. Dimana dibawah payung mereka, kami sedikit keluarga-keluarga Pakistan dapat berkumpul bersama-sama dan memuji Tuhan. Mereka mengurus segala pengeluaran dan sewa untuk tempat ini. Mereka juga mengijinkan kami untuk tidur dan tinggal di tempat ini. Lepas dari ini semua adalah sangat susah bagi kami untuk bertahan hidup.
----- Demikian kesaksian Pendeta Ghalib Paul
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. - Matius 10:38
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. - Matius 11:28
Pada mulanya adalah Firman (Yesus); Firman itu bersama-sama dengan Allah [Bapa di Sorga] dan Firman [Yesus] itu adalah Allah. - Yohanes 1:1
Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” - Yohanes 8:58
Aku (Yesus) dan Bapa adalah satu.” - Yohanes 10:30
Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa [yang berada di Sorga], kalau tidak melalui Aku. - Yohanes 14:6Link berbagi ; http://jurnalakhirzaman.blogspot.co.id/2016/05/ghalib-paul-ex-muslim-mantan-pengkotbah.html
Salam Kasih dan Persahabatan. Tetap semangat menjalani hidup ini. Tetap mengasihi sesama manusia apapun keyakinannya. Tuhan Yesus memberkati. Amen.
Post A Comment:
0 comments: