Kisah Astina Triutami. Perjuangan seorang TKW. Shalom, begini kisahnya :
Hongkong, lebih dari 124 ribu TKW Indonesia, mengejar impiannya disana. Astina adalah salah satu diantaranya.
Astina : "Aku suka band, suka festival musik. Saya merasa dari bermain itu, yang seharusnya curhat dan ngobrol bersama teman-teman itu bisa tersalurkan melalui menyanyi itu. Ayah tidak begitu problem ya dan cenderung mendukung, tetapi kalo ibu sangat-sangat tidak setuju. Saya merasa hak-hak saya terampas."
...
"Dengan perbedaan pendapat di keluarga itu saya sering dicap sebagai anak durhaka, membangkang."
Pemberontakan Astina juga dilakukan diluar rumah.
Astina : "Disekolah saya sering sekali dipanggil guru BK, Bimbingan dan Konseling, karena saya dikelas itu dimusihin guru matematika, guru kimia, begitu. Belum lagi soal SPP kan, jadi saya sering nunggak. Tapi kadang juga uang-nya udah ada, tapi saya pake buat ikut festival."
Sifat pemberontakannya dimulai sejak sang ayah di-PHK dari pekerjaannya. Hari-hari Astinapun kerap diwarnai dengan pertengkaran kedua orang tuanya.
Astina : "Kalau saya sering denger sih ayah bilang kepada ibu , 'Kamu kan tahu aku tidak pegang uang, Tolong dong kamu hargai aku sedikit aja'. Semenjak ayah di-PHK pertengkaran sering terjadi."
...
"Saya itu mulai merasakan jenuh, muak dan bosan di rumah itu sehingga saya lebih suka menghabiskan waktu di tempat-tempat nongkrong, di deket-deket sekolah, atau di studio band tempat kami suka latihan."
Astinapun dihadapkan kepada sebuah pilihan.
Astina : "Akhirnya ibu memberikan pilihan. Ibu berkata 'Astin kamu pilih sekolah atau musik. Karena kalau kamu jalani kedua-duanya tidak akan jalan keduanya. Kamu akan banyak bolos, pikirannya ke musik terus, gitu kan.' Kemudian saya menjawab 'Astina lebih memilih musik bu.' "
Astina memutuskan mengejar impiannya, dan menjadi seorang musisi. meski hanya di jalanan.
Astina : "Seneng sih, dan kita yang menjalaninya, nggak terlalu ambil pusing dengan penilaian orang-orang . Nih cewek tengah malam sampai subuh ngamen. Nggak pikir kesitu, yang dipikir itu malah gimana caranya aku bisa nyanyi sebaik mungkin, bisa menghibur orang, bisa dapat uang, untuk ngumpulin buat bayar uang kost."
Namun disaat Astina tengah menata impian-impian-nya, sang ayah sakit keras dan Astina harus merawatnya.
Astina : "Di usia yang hampir 45 itu, sudah kembali jadi bayi, gitu lho. Ya saya harus mengurusi ayah."
Apa daya, sang ayah tidak mampu bertahan, hingga akhirnya meninggal dunia dan meninggalkan beban hutang.
Astina : "Saya mulai kebingungan, saya harus bayar hutang saya itu gitu lho. Pinjaman-pinjaman dari teman-teman saya itu, tapi gimana caranya ?"
Sebuah iklan lowongan pekerjaan di surat kabar menyita perhatian Astina.
Astina : "Ingin kerja di luar negeri gitu kan. Entah kenapa saya, ah udahlah nekad ajalah, lagian di Indonesia juga ngapain gitu loh. Kalau mau merantau ya sekalian yang jauh sekalian dan bisa langsung sukses sekalian. Saya mikirnya seperti itu."
...
"Sebenarnya ada perasaan ngeri juga gitu, muncul pikiran yang enggak-enggak. Kalau aku nanti diperkosa gimana ya sama majikan ? Aduh, nanti kalau aku disiksa gimana ? Disiram pake air panas, atau seperti layaknya berita-berita yang kita tahu lah. Tetapi kekuatan ingin hutang yang merupakan tanggung jawab itu mengalahkan semuanya, gitu loh."
Dengan tekad yang bulat, Astina mendaftarkan diri di ke sebuah agen TKI.
Astina : "Setelah cek kesehatan, saya fit, segala macamnya ok, ya udah masuk. Nah mulai dari situ suka duka sebagai TKI itu udah mulai terasa disini. Kami itu ditidurkan di bekas gudang. Jadi kalau malam gudang itu berfungsi sebagai tempat tidur kami, kalau siang jadi tempat belajar kami."
Beruntung Astina cepat belajar. Dalam waktu tiga bulan, ia sudah mendapatkan calon majikan, dan Astina berangkat ke Hongkong. Sebuah kejutan ternyata telah menantinya.
Astina : "Saya kerja dua rumah setiap harinya. Jadi di suatu tower dengan dua flat, lantai 18 dan lantai 33. Mereka punya semacam kafe kecil begitu. Saya harus menyiapkan bahan-bahan untuk toko setiap harinya. Jadi semuanya itu harus saya pegang dalam sehari itu. Kalau menurut hukum itu sangat melanggar, gitu loh. Karena saya sebagai Domestic Worker hanya boleh melakukan pekerjaan didalam rumah, bukan diluar rumah. Sementara kafe kecil itu ada diluar rumah. Belum lagi didalam rumahpun tidak sesuai dengan kontrak karena didalam kontrak hanya disebutkan satu rumah, ini ada dua rumah begitu loh. Jadi saya sudah mulai ditipu dari situ saya sudah sangat kesal sekali, tetapi saya tidak dapat berbuat apapun."
Astinapun mencoba melaporkan ke agen penempatan di Hongkong, akan tetapi hanya kekecewaan yang dia dapatkan.
Astina : "Yang saya lihat agen penempatan itu lebih memihak kepada majikan, apapun tugasnya, begitu loh."
Astina benar-benar sudah penat, namun apa daya, ia tidak dapat pulang ke Indonesia karena terikat kontrak kerja.
Astina : "Tujuh bulan pertama kami bekerja, kami harus menyetorkan gaji kami ke semacam bank yang meminjamkan dahulu modal ke PJTKI yang memberangkatkan kami dan semuanya itu harus dikembalikan ketika kita sudah mendapatkan gaji dan dicicil setiap bulannya. Menurut undang-undang nomer 28 biaya untuk penempatan kami itu hanya 16 ribu hongkong dolar. Itu sangat memeras kami semua."
Dari majikan pertama Astina beralih ke majikan kedua. Namun perlakuan yang ia terima sama saja.
Astina : "Kalau manggil saya itu manggilnya pake bel. Dalam hitungan bel ke-10 kalau kita tidak cepat-cepat datang ke kamarnya saya akan dimaki-maki dan kalau menunjuk ke sesuatu dia pake kaki."
Dalam keterpurukannya, sebuah paradigma barupun muncul.
Astina : "Sakit gitu loh, saya berasal dari negara yang sudah merdeka. Sudah 64 tahun waktu itu. Tetapi kok saya masih begini, masih mengabdi ke bangsa lain. Jadi penjajahan didalam wadah baru. Saya suka mikir, begini rasanya jadi babu gitu loh."
Hanya Tuhan-lah satu-satunya tempat Astina mengadu.
Astina : "Setiap malam sebelum tidur itu saya sempatkan membaca saat teduh. Saya menyempatkan untuk membaca Alktiab. Disitu saya selalu berdoa : 'Tuhan, jadikan pengalaman ini suatu hari nanti menjadi kebaikan bagi semua orang.' Itu saya mengingat Tuhan mengijinkan saya mengalami kejadian ini. Tuhan pasti punya rencana yang besar. "
Dan Astinapun seperti mendapatkan kekuatan yang baru.
Astina : "Semangat hidup saya itu langsung naik lagi gitu loh. Saya tidak boleh putus asa, saya tidak boleh patah semangat gitu loh. Saya harus terus bangkit. Awalnya yang penat, yang kesel, yang segala macem tiba tiba baca renungan harian, baca Alkitab, tenang lagi dan akhirnya tidur dalam tenang, begitu loh. Tidurnya itu tidak ngedumel."
Semangat baru ini membuat Astina mencoba mencari majikan yang baru. Dan di majikan yang ketiga ini, ia mendapatkan perlakuan yang lebih baik. Ia-pun mencari sekolah persamaan. Namun saat dia sudah mendekati impiannya, sebuah hal yang mengejutkan terjadi.
Astina : "Ketika saya sudah 12 bulan 12 hari bekerja disitu, tiba-tiba saya disidang sama anak pertama yang waktu itu mengambil saya ke agen. Dia bilang tadi maaf , minta maaf dia buka-buka lemari saya dan melihat banyak sekali buku-buku disitu. Lalu melihat brosur dan alamat sekolah, mungkin dia telepon ini sekolah apa atau apa."
Majikan : "You come for job not study."
Astina : "Akhirnya dia marah, dia merasa saya menyalahgunakan kepercayaan mereka. Akhirnya karena saya ketahuan mau sekolah itu, akhirnya saya di-PHK. Tiba-tiba saya sudah sangat pasrah sekali, sudahlah Tuhan gitu lho. Kalo memang Tuhan ngasih jalan di Jakarta pun saya masih bisa kerja."
Sepulangnya ke Indonesia, Astina telah menjadi seorang wanita dengan pola pikir yang berbeda. Diapun menuliskan perjalanan hidupnya menjadi TKW.
Astina : "Yang saya tuliskan didalam buku ini misi saya memperjuangkan kemanusiaan dalam hal ini kaum saya sendiri, kaum perempuan dalam peradaban yang sudah sangat maju ini masih saja ada hukum yang memenggal, yang diperkosa, disiram, jadi TKW kok seperti pakaian gitu lho. Diperlakukan dengan semena-mena dan saya berpikir kalo bukan saya sendiri dari perempuan yang memperjuangkan lalu siapa lagi, gitu loh. Meskipun perjuangan saya melalui buku ini sangat kecil tapi harapan saya sekecil apapun perjuangan itu bisa ada dampaknya."
Ternyata sebuah penerbit tertarik dan mengangkat kisah hidup Astina kedalam sebuah buku yang berjudul Aku Bukan Budak, yang telah terbit September 2011.
Alex Japatalu (Sahabat Astina) :
"Menurut saya Astina memberi Inspirasi dari kisah hidup dia. Dia tidak mau menyerah terutama. Tidak mau menyerah kepada kesulitan-kesulitan hidupnya, sehingga memberikan inspirasi untuk kita tidak boleh menyerah pada kesulitan-kesulitan hidup yang kita alami."
Anton Sulistiyanto (Chief Editor buku "Aku Bukan Budak")
"Ada dua hal yang menonjol dari Astina, yang pertama adalah bagaimana dia beriman. Dalam situasi yang tidak kondusif dia masih sangat percaya bahwa Tuhan akan membantu. Akan memberikan jalan keluar. Yang kedua adalah dia mau belajar dan ini sangat mendukung untuk proses pendewasaan-nya juga dalam kehidupan sehari-harinya."
Sumber asal :
Kesaksian Kisah Nyata TKW juga bisa menjadi sukses
http://www.youtube.com/watch?v=peZxsZWCfnA
Published on Jan 8, 2013
http://oase.kompas.com/read/2011/09/23/0624153/Apresiasi.untuk.Buku.TKI.Aku.Bukan.Budak
http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/5385-peluncuran-novel-karya-tki-astini-jumhur-bangga-tki-berkarya.html
Mazmur 37:23-25 - (23) TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; (24) apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. (25) Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;Astina : "Terima kasih Tuhan sudah memberikan kesempatan kepada saya, dimana diluar sana banyak sekali orang-orang yang tidak seberuntung dengan saya. Tuhan sudah bermurah hati, sudah sangat mengasihi saya, memilih saya, memberi saya kesempatan untuk mengenal kebenaran dan itu tidak akan saya sia-sia-kan dan itu akan saya pegang sampai mati.'
----- Demikian Astina mengakhiri kesaksiannya ...
Link berbagi : http://jurnalakhirzaman.blogspot.co.id/2016/05/astina-triutami-perjuangan-seorang-tkw.html
Sukses dalam menjalani kehidupan bukan selalu berarti kelimpahan materi, akan tetapi lebih bagaimana kita bisa menjalani hidup ini dengan penuh sukacita dan ucapan syukur. Salam kasih dan persaudaraan, tetap semangat. Tetap mempunyai harapan yang ditopang oleh Iman dan Firman. Tetap mengasihi sesama manusia. Tuhan Yesus memberkati. Amen.
Post A Comment:
0 comments: